BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap
berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan pendidikan.
Untungnya sejak awal mula
pendidikan senantiasa bersikap terbuka terhadap penemuan-penemuan baru dalam
bidang teknologi. Hal inimempunyai maksud bahwa sistem pendidikan yang tidak
mau dan kurang bisa menyelaraskan diri dengan kemajuan teknologi tersebut, maka
sistem pendidikan tentu akan ketinggalan zaman. Sistem pendidikan tentu tidak
lagi relevan dengan kemajuan yang telah diperoleh dunia. Upaya peningkatan
kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan pengajar dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagaipendidik. Salah satu upaya untuk peningkatan
proses pembelajaran adalah penggunaan media secara efektif mempertinggi
kualitas yang akhirnya dapatmeningkatkan kualitas hasil belajar
Teknologi sebenarnya sudah ada
sejak nenek moyang kita dahulu. Teknologi merupakan alat bantu untuk
mempermudah kehidupan manusia. Nenek moyang menggunakan teknologi seperti pisau
dari batu untuk berburu, bercocok tanam dan lain lain. Dewasa ini, teknologi
berkembang sangat pesat. Teknologi yang pada zaman nenek moyang seperti barang
rongsokan kini menjadi barang canggih yang mampu membantu kehidupan manusia.
Teknologi dalam pendidikan yaitu dapat berupa media pendidikan. Media digunakan
agar pembelajaran dapat efektif dan menyenangkan. Proses belajar akan lebih
baik lagi apabila mengetahui memahami mengenai Teknologi, Media, dan
Pembelajaran. Akan tetapi apakah teknologi sudah digunakan secara optimal di
pendidikan? Selain itu apakah teknologi pendidikan terutama media pendidikan
sudah dapat menunjang pembelajaran? Padahal dengan adanya pembelajaran, media
pembelajaran dan proses belajar mengajar, Sumber Daya Manusia akan menjadi
sangat baik dan teknologi akan semakin maju. Pembelajaran akan sangat baik
apabila menggunakan media pembelajaran yang baik pula. Media merupakan salah
satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan
Belajar Mengajar.
Solusi yang
dapat diberikan dari uraian singkat di atas yaitu dengan memaksimalkan peran
teknologi dan media pendidikan. Teknologi dan media pendidikan merupakan
salah satu penunjang yang memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dalam proses pembelajaran. Tetapi ironisnya sampai sekarang
teknologi dan media pendidikan belum banyak diterapkan seperti di SD. Padahal
dengan adanya teknologi dan media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga dapat berprestasi di sekolah.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah
ini adalah bagaimana peran kemajuan teknologi dalam motivasi belajar siswa
sekolah dasar?
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui peran kemajuan teknologi dalam motivasi belajar siswa sekolah dasar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Teknologi
Teknologi adalah satu ciri
yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi
keseluruhan sejarah. Menurut kamus computer dan teknolgi informasi, definisi
teknologi adalah penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan
kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang
(http://www.total.or.id). Sedangkan menurut Djoyohadikusumo (1994, 222)
berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan
kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.Teknologi
adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya
meliputi keseluruhan sejarah.
Makna Teknologi, menurut Capra
(2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah.
Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh
dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali
digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah
pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan
berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20,
maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi
juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis
pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut
Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel
Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai
‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah
terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan (http://ajidedim.wordpress.com).
Teknologi informasi telah
membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market place baru,
dan sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. Disadari betul bahwa
perkembangan teknologi yang disebut internet, telah mengubah pola interaksi
masyarakat, yaitu; interaksi bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Internet
telah memberikan kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan /
industri maupun pemerintah. Hadirnya Internet telah menunjang efektifitas dan
efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana
komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang
dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga lainya (http://www.goechi.com).
Teknologi Informasi adalah
suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat
dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan
keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,
sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya
sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat
disebar dan diakses secara global.Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi
teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi
seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani.
Kemudian untuk profesi seperti
sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana
kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok
yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran (http://www.informatika.lipi.go.id/).
Pada saat ini perkembangan teknologi informasi
(internet) telah merambah berbagai bidang denngan fasilitas elektronika-nya
yaitu, e-life, e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal,
e-medicine, e-laboratory, e-biodiversity, dan masih banyak yang lainnya.
Teknologi internet semakin
berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, kecil, murah, mudah, efektif dan
efisien. Proses berkomunikasi pun memiliki ciri dan sifat yang seperti itu,
khususnya efektif. Proses mengirimkan pesan dari Indonesia ke Kanada tidak usah
menunggu hingga berminggu-minggu berkat e-mail (http://dictum4magz.wordpress.com/).
Dengan internet informasi yang diperlukan dapat
diperoleh dengan sangat cepat, begitu pula kita dapat mengirimkan berikta dapat
dilakukan dengan cepat, saat ini dikirim saat itu pula berita diterima. Bagi
seseorang yang berkecimpung dalam dunia bisnis, pengiklanan produk dapat
dilakukan dengan cepat dan efisien serta dapat dilihat oleh orang sedunia.
2.2. Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang
diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan ( Assosiation of education and
communication Technology / AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.
Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai
adalah contoh-contohnya.
Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Assosiation/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya
dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang
diberikan, ada persamaan di antara batsan tersebut yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
2.3.Posisi, Klasifikasi dan Karakteristik Media Pendidikan
v
Posisi
Bruner (1966)
mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive
(pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic
(pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta
perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara
pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses
belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana
mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman
pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan
kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto,
film atau rekaman video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa
memahaminya lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman
melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya
diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera
pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah
informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut
dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar
pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau
pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan
stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian
stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara
penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi
yang efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud
pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki
posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu
mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis,
atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi
visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat
memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan
retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan
adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat
visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang
membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan
pembelajarannya, dan evaluasinya
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan
hidupnya, kemudian melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada
lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media
pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media
akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu,
memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan
pengalaman yang dihadapi pebelajar.
v
Klasifikasi
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan,
orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia
pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan
(pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan
format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah
kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan
media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh
beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya
yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping
itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media
rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan
menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3)
media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media
semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
Ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat
taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan
interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya,
mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang
dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk
didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak,
film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13
jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan
karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda
nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film
rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun
mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan
perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas
empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi
audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil
gabungan teknologi cetak dan komputer.
Sebenarnya belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup
segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau
memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang
sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang
ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi
tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media
yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan,
fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media
yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
v
Karakteristik
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan
atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media
dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan
kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat
dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera.
Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat
penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam
Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan
dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan
petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi
pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya.
Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002)
adalah:
a.
Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
obyek;
b.
Ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk
mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang
dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian
menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau
dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu
kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan
yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut;
c.
ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media
mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa
karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak
ahli, seperti Bretz, Duncan,
Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan pengelompokan atau
membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari sekian pengelompokan
tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas:
media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja
dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan
teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi
audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil
gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media tersebut
memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya.
Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam
uraian selanjutnya.
a.
Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam
kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan
melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah:
bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas
suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja,
murah harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki
ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu
proses, terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik),
dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
b.
Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam
kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam
simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan
indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri
sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah
dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar
kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang
partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat
komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa,
dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media
radio).
c.
Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk
kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini
hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio.
Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke
seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara
penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan
indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan
visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih
mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan
tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis
dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan
praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat
untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan
media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai
dengan kebutuhan.
d.
Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok
media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan
simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu
istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini
adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar
tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar
pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan
konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki
sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan
mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan
komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit
belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta
diperbanyak.
2.4.Motivasi Belajar
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan sudut
pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktifitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu.
Oemar Hamalik mengatakan bahwa, suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas
belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu
tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum
tentu menarik minat orang tertentu, selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya. Maslow (1943, 1970) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan
fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, pengetahuan
dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menurut
Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang
seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia
lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
2.5. Prinsip-prinsip Motivasi belajar
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni sudut
pandang yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi
instrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut
motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari
luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi instrinsik sangat diperlukan,
terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik
sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Sesorang yang memiliki
motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa
mendatang.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan,
yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Jadi motivasi instrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial,
bukan sekedar aribut dan seremonial.
b.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motih-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan
dari luar.
Motivasi ekstrinsik diperlukan untuk agar anak mau belajar. Berbagai
macam dapat dilakukan agar anak dapat ternotivasi dalam belajar. Salah satunya
peran guru dalam proses pembelajaran. Guru dapat memberikan pengakuan, hadiah,
pujian dan lain-lain sebagai dorongan agar siswa mau giat belajar.
c. Fungsi Motivasi dalam Belajar
a.
Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar,
tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini
sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk
belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah
perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b. Motivasi
sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap
siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung. Siswa akan melakukan
aktivitas dengan segenap jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap
raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Yaitu
dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.6. Fungsi Teknologi Media Pendidikan dalam Pembelajaran
Efektivitas proses belajar
mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media
pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana
pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan
digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu
diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran,
karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar
(Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil
belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria
untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran
(iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar
dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan
minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya
diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan
proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada
saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu
peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam
hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara
umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya
indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti
dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan
kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan
kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan
yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi
pelajaran.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan
Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki
empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi
kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari
media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar
(membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian
diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang
visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan
mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual
tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks
kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat
kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini
berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara
verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992)
mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik
perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga
dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian
tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa
lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya
mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan
memerankan.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran
yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam
kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat
indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa
dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih
baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda
tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar
yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media
pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana
rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu
hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran
yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar
terhadap materi ajar.
2.7. Manfaat Teknologi Media Pendidikan
dalam pembelajaran
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas
oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985;3-4) meskipun telah lama
disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, menerimanya
serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat
lambat. Mereka mngemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak
positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran dikelas atau
sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:
- Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
- Pembelajaran bisa lebih menarik
- Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan dengan diterapkannya teori belajar dengan prinsip – prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan
- Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan – pesan dan isi pelajaran dalam jumlah dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system
pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi
pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat
terealisasi :
1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan
simpati dalam kelas
2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah
laku siswa
3. Menunjukan hubungan antara mata pelajaran
dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa
4. Membawa kesegaran dan variasi bagi
pengalaman belajar siswa
5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi
berbagai kemampuan siswa
6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari
mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang
mengakibatkan meningkatkan hasil belajar
7. Memberikan umpan balik yang diperlukan
yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari
8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan
pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan
9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa
yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang
tepat
10. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan
pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system
gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (1992:2)
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b. Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
c. Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran
d. Siswa
dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru,tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan
manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1. Meletakan
dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2. Memperbesar
perhatian siswa.
3. Meletakan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat
pelajaran lebih mantap.
4. Memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
siswa.
5. Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
6. Membantu
tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7. Memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi
dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan
beberapa manfaat praktis dari penggunaan mdia pembelajaran didalam proses
belajar mengajar sebagai berikut:
a. Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
d. Media
pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui
karyawisata, kunjungan- kunjungan ke museum atau kebun binatang.
2.8. Peran Teknologi Media pendidikan
terhadap Motivasi Belajar Siswa SD
Kenyataannya, peranan media pembelajaran di sekolah dasar kurang begitu
diperhatikan oleh pendidik. Peserta didik yang seharusnya dapat mengoptimalkan
pembelajaran dengan baik, namun tidak didukung dengan penggunaan media
pembelajaran yang relevan cenderung menjadikan siswa sebagai peserta didik
menjadi verbalistik (hanya sebatas teori tanpa didukung dengan data yang
konkrit). Sebagai contoh, siswa mempelajari jenis alat transportasi darat
berupa delman, di Jakarta sebagaimana di tempat penulis bertugas, tidak semua
siswa di sekolah dasar mengenal, mengetahui, dan memahami delman sebagaimana
kenyataannya karena tidak semua siswa pernah menjumpai kereta beroda dua ini.
Oleh sebab itu penggunaan media untuk menghilangkan kesan verbalistik ini
sangat penting peranannya.
Penggunaan media pembelajaran pada tiap satuan pendidikan saat ini sangat
dianjurkan bahkan diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses pembelajaran
khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Media ini tentunya tidak hanya
atas dasar ada saja, tetapi kesesuaian dan ketepatan penggunaan dalam proses
penyampaian pesan pembelajaran yang akan diberikan.
Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada
guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru
yang lain seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada
siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini akan terus terjadi
selama guru menganggap dirinya merupakan satu-satunya sumber dalam proses
pembelajaran. Jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik,
guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru dan media pembelajaran akan
memotivasi atau mendorong siswa untuk tertarik terhadap mata pelajaran sehingga
proses belajar berlangsung secara optimal.
Proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor
metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di
mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan
digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan
tujuan pembelajaran.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembelajaran akan sangat baik apabila menggunakan media pembelajaran yang
baik pula. Media merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai
peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Dengan adanya pembelajaran,
pemilihan media pembelajaran yang tepat dan proses belajar mengajar yang baik
akan meningkatkan motivasi belajar anak SD untuk belajar sehingga akan
mendapatkan hasil belajar yang optimal. Selain itu Sumber Daya Manusia akan
menjadi sangat baik dan teknologi akan semakin maju.
3.2. Saran
Pemanfaatan media pembelajaran sangat penting bagi motivasi belajar siswa
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Maka diperlukan dukungan semua
pihak diantaranya: wali murid, sekolah, lingkungan masyarakat, dalam
pengadaan media pembelajaran baik. Untuk itu sebaiknya dalam proses
pembelajaran memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan
proses belajar mengajar, guru mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan baik
dan tepat, dan guuru hendaknya bersama-sama ikut berpartisipasi guna membantu
kelancaran dalam pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.total.or.id/info.php?kk=teknologi
http://ajidedim.wordpress.com/teknologi-islami/technology/
http://www.informatika.lipi.go.id/perkembangan-teknologi-informasi-di-indonesia/
http://www.goechi.com/newsletter.html
Arya. 2011. Fungsi Motivasi dalam Proses Belajar. http://belajarpsikologi.com/fungsi-motivasi-dalam-proses-belajar/ [online] diakses 26 desember 2011.
Bahri, Syaiful
Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Raharjito, dkk. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Raharjito, dkk. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Siregar, Eveline, dan Dewi Salma S. 2007. Mozaik
Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, Nana,
dan Ahmad Rivai. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar