BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA
merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas
terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran
IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi.
Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan
dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut
supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau
secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan
dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai
dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan
siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan.
Namun kenyataannya, aktivitas yang
ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah seperti rendahnya minat siswa
belajar kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar
kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah.
Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru
tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan.
Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, jika ada
itu hanya 4-5 orang siswa saja. Dan jika ada kendala siswa tidak berani
bertanya. Dan nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar
ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 65. Namun masih
terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah standar
yaitu ( 25 – 60 ).
Berdasarkan permasalahan di atas maka
upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD N 6 Bukit
Bual merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Salah satu model
pembelajaran di duga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif.
Melalui model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar lebih aktif
mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan
bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat .
Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008 : 1) “
Cooperative learning methods share the idea that students work together to
learn and are responsible for their teammates learning as their own” yang
berarti bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang
pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara
individu maupun kelompok”.
Banyak model
pembelajaran kooperatif yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini di batasi pada model STAD (Student
Teams-Achievement Divisions). Model STAD diadakan untuk pencapaian hasil
belajar, penerimaan terhadap perbedaan individu dan juga untuk pengembangan
sosial. Menurut slavin (dalam Nurasma, 2008 : 50)
Model STAD adalah Siswa di tempatkan dalam
kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran
dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat
siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin,
kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.
Dari pendapat
di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran tipe STAD adalah model
pembelajaran kelompok dengan anggota yang heterogen untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model STAD ini membantu dan memotivasi semangat siswa untuk
berhasil memecahkan suatu masalah secara bersama. Model Pembelajaran kooperatif
tipe STAD merupakan model yang paling sederhana, sehingga model pembelajaran
tersebut dapat di gunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di tuntut untuk bekerja sama, dengan
bekerja sama siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut karena melalui
belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan
dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di
pelajari. Hal ini di dukung oleh pendapat Nur Asma (2008:3) bahwa “ Siswa lebih
mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan
masalah tersebut dengan temannya”. Selanjutnya Ari (2007:96) berpendapat bahwa
“Anak-anak lebih mengerti bahasa anak daripada bahasa yang digunakan oleh orang
dewasa”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa belajar
berkelompok dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran,
sehingga yang di pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi
orang-orang di sekelilingnya. Selain itu dengan belajar
kelompok akan membawa pengaruh positif terhadap diri siswa, sesuai dengan hasil
penelitian Slavin (dalam Nur Asma, 2008:44) bahwa “ Unsur tujuan kelompok dan
tanggung jawab individual menunjukkan pengaruh positif yang nyata pada hasil
belajar siswa kelas dua sampai kelas duabelas dalam seluruh mata pelajaran dan
pada seluruh jenis sekolah “.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan masalah penelitian secara
umum adalah : Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual,
kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung?
Rumusan
Masalah penelitian secara khusus adalah :
- Bagaimana bentuk rancangan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung ?
- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung ?
- Bagaimana menilai hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk
Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto
VII, kabupaten Sijunjung.
Adapun tujuan
penelitian tindakan kelas secara khusus adalah untuk :
- Mendeskripsikan bagaimana bentuk rancangan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
- Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
- Mendeskripsikan bagaimana menilai hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
1.
Bagi guru bermanfaat Sebagai bahan masukan dalam
menjalankan proses pembelajaran di sekolah.
2.
Bagi peneliti, bermanfaat sebagai masukan pengetahuan
dan dapat membandingkan dengan teori pembelajaran yang lain dan menerapkannya
dalam pelaksanaan pembelajaran di SD.
3.
Bagi siswa, Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
belajar menggunakan model STAD.
4.
Bagi pembaca, Skripsi ini diharapkan menjadi sumber
masukan yang berarti dalam dunia pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
DAN KERANGKA TEORI
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan (IPA) di SD
a. Pengertian IPA
IPA merupakan
kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga
mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan
ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen,
dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan
jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan prosesdan
sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa
fakta, konsep, prinsip, dan teori.
Carin (dalam Yusuf,
2007:1) menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep,
prinsip, hokum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga
komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti
bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam
fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan
pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan.
Pengertian
IPA menurut beberapa ahli : menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9) menyatakan
IPA adalah “Ilmu yang sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan
dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan
induksi”.
Menurut Nash
(dalam Usman, 2006:2) IPA adalah “ Suatu cara atau metode untuk mengamati alam
yang bersifat analisi ,lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena lain
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
di amati”.
Nokes (dalam
Abdullah, 2003:18) IPA adalah “Pengetahuan teoritis yang di peroleh dengan
metode khusus”.
Dari
pendapat diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh dengan
metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan
eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu
tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan
lingkungan .
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut
Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “Untuk menanamkan rasa
ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat,
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat
berfikir kritis dan objektif “.
Menuruit BNSP
(2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut :
- Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
- Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
- Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
- Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
- Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
- Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs
c. Ruang Lingkup IPA
Adapun ruang
lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP
(2006:485) meliputi aspek-aspek :
(2006:485) meliputi aspek-aspek :
1. Mahkluk
hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan,
2. Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas,
3. Energi
dan perubahannya meliputi : gaya,
bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana,
4. Bumi
dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan
uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah mahkluk
hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi
dan alam semesta.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran di SD akan efektif
bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru
SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip
pembelajaran di SD menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006 :44) adalah “
Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan
(learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial”. Prinsip
pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai berikut :
- Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
- Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi.
- Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.
- Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan.
- Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan kekreatifan siswa.
- Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
Beberapa
prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah prinsip hubungan sosial yang tidak
terlepas dari prinsip-prinsip lainnya.
e. Materi Pembelajaran IPA
1.
Akar
a. Struktur
Akar
Akar terdiri dari beberapa bagian, di antaranya rambut akar (bulu akar)
tudung akar. Rambut akar merupakan
jalan masuk air dan zat hara dari tanah ke tumbuhan. Tudung akar berfungsi
melindungi akar saat menembus tanah.
b. Jenis
–Jenis Akar
Ada
2 jenis akar :
a)
Akar serabut
Akar yang berbentuk serabut. Bagian ujung dan pangkal akar berukuran
hampir sama besar. Semua bagian akar keluar dari pangkal batang. Akar serabut
juga bercabang-cabang, tetapi ukuran percabangannya tidak terlalu berbeda. Akar
serabut dimiliki oleh tumbuhan biji berkeping satu misalnya jagung, padi, tebu.
b) Akar tunggang
Akar tunggang memiliki akar
pokok. Akar pokok bercabang-cabang menjadi bagian akar yang kecil. Perbedaan
ukuran antara akar pokok dan akar cabang sangat nyata. Akar tunggang dimiliki
oleh tumbuhan berkeping dua misalnya mangga, jeruk, kacang-kacangan.
c. Kegunaan
akar
Akar memiliki kegunaan :
·
Menyerap air dan zat hara.
·
Memperkokoh tumbuhan.
·
Alat pernapasan.
2. Batang
a. Jenis
batang
Batang tumbuhan dapat di
golongkan menjadi 3 jenis :
- Batang basah, memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya bayam.
- Batang berkayu, dimiliki oleh tumbuhan batang berkayu. Contohnya pohon jati, jambu, rambutan, namgka, dan mahoni.
- Batang rumput, tumbuhan batang rumput mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering berongga, misalnya tanaman padi dan rumput-rumputan.
b. Kegunaan
batang
- Sebagai pengangkut.
- Penopang.
- Penyimpanan cadangan makanan.
3. Daun
a. Bentuk
daun
Bentuk daun berdasarkan tulang
daunnya :
- Tulang daun menyirip, berbentuk seperti susunan sirip-sirip ikan, misalnya avokad, nangka, mangga, rambutan.
- Tulang daun menjari, berbentuk seperti susunan jari tangan, misalnya daun jarak, kapas, singkong.
- Tulang daun melengkung, berbentuk seperti garis-garis lengkung, misalnya daun genjer.
- Tulang daun sejajar, berbentuk seperti garis-garis lurus yang sejajar, misalnya rumput-rumputan.
b. Kegunaan
daun
- Tempat pemasakan makanan.
- Alat pernapasan.
- Tempat terjadinya proses penguapan.
4.
Bunga
Bunga sempurna meiliki tangkai, kelopak, mahkota,
benang sari, putik
Kegunaan dari bunga :
1.
Hiasan tumbuhan
2.
Tempat berlangsungnya perkembangbiakan tumbuhan
2.1.2. Pembelajaran
Pembelajaran
adalah kegiatan yang fundamental dalam proses pendidikan yang mana terjadinya
proses belajar yang tidak lepas dari proses mengajar. Menurut Iskandar ( 2009 :
98) pembelajaran adalah “ seperangkat kegiatan belajar yang di lakukan siswa
(peserta didik)”. Menurut Kunandar ( 2009 : 287 ) “pembelajaran adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik untuk
menjadi lebih baik.
Sedangkan
pembelajaran menurut Oemar (2003:57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam system pengajaran terdiri
dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material
meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan
video tipe. Fasilitas perlengkapan audio visual juga computer. Prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan
sebagainya
Jadi, pembelajaran adalah suatu kombinasi
tersusun yang saling mempengaruhi terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya
serta segala macam fasilitas yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.
Selanjutnya menurut Ahmad (2007:31) bahwa
“pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu
tujuan pembelajaran”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pembelajaran adalah kegiatan yang di lakukan oleh siswa untuk pencapaian
pelajaran.
Menurut Depdiknas (2003: 2) pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar
mengajar pada suatu lingkungan belajar sebagai proses belajar yang di bangun
oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang meningkatkan kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pelajaran.
Menurut Mulyasa (2004:117 ) “Pembelajaran
merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan
dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah di
programkan”.
2.2. Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh
Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas Jhon Hopkin. STAD adalah
model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan model yang baik digunakan
untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran kooperatif.
Slavin (dalam NurAsma,2008: 50) menyatakan
bahwa STAD adalah Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan
akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang
berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras
dan etnis atau kelompok sosial lainnya
Kemudian menurut ARIZT (dalam Harlina,
2008 : 7) menyatakan STAD adalah “ Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan bekerjasama dan saling
membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru”.
Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan
bahwa STAD adalah Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai
anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya.
Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar
sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh
skor sempurna diberi penghargaan.
Menurut Iskandar (2009: 128) tipe STAD
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu : presentasi
kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan
pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim
atau kelompok.
2.2.2.
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Suatu model pembelajaran mempunyai
keunggulan dan kelemahan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan.
Menurut Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com.keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html)
keunggulan dari model ini adalah :
1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan
dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok,
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi
semangat untuk berhasil bersama,
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk
lebih meningkatkan keberhasilan kelompok,
4. Interaksi antar siswa seiring dengan
peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan
keunggulan dari model STAD adalah dengan menggunakan model ini akan
meningkatkan norma-norma social yang di miliki siswa, membantu siswa dalam
memecahkan masalah secara bersama dalam mencapai tujuan pembelajaran, melatih
siswa menjadi tutor sebaya serta meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyampaikan pendapat.
2.2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe STAD
Menurut Nur Asma (2008:51) Kegiatan
pembelajaran model STAD ini memiliki 6 tahap :
a. Penyajian Kelas
Pada tahap ini di gunakan waktu 20-45
menit untuk penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran
guru dapat menjelaskan tujuan
pelajaran, memberi motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan siswa.
Dalam penyajian materi dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
dll. Pada tahap ini guru memulai materi dengan menyampaikan indikator,
dilanjutkan dengan apersepsi dan penyajian materi tentang Struktur dan Fungsi
bagian Tumbuhan.
b. Kegiatan Belajar Kelompok
Siswa belajar dalam kelompok menyelesaikan
LKS yang di berikan tentang Struktur dan Fungsi bagian Tumbuhan.
c. Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompok ke depan kelas dan meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain.
d. Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara
Individu
Melakukan evaluasi secara individu
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang di capai.
e. Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes di lakukan oleh guru. Pada tahap ini juga di adakan perhitungan
skor perkembangan individu. Perhitungan skor indiviodu di maksudkan agar siswa
terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Perhitungan skor individu yang di
kemukakan oleh Slavin (dalam Nur Asma, 2008:97) :
Skor
kuis
|
Poin perkembangan
|
Lebih
dari 10 poin di bawah skor dasar
10
sampai 1 poin di bawah skor dasar
Skor
dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan
sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
|
5 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
|
Tabel 1 : table skor
perkembangan individu
Tabel di atas dapat di jelaskan
sebagai berikut :
1. Jika
siswa memperoleh nilai lebih dari 10 poin di bawah skor dasar, maka siswa
tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 5 poin.
2. Jika
siswa memperoleh nilai 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar, maka siswa
tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 10 poin.
3. Jika
siswa memperoleh nilai skor dasar sam[ai 10 poin di atas skor
dasar, maka siswa tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 20 poin.
4. Jika
siswa memperoleh nilai lebih dari 10 poin di atas skor dasar, maka siswa
tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 30 poin.
5. Jika
siswa melalukan pekerjaan yang sempurna, maka siswa tersebut akan memperoleh
poin perkembangan individu 30 poin.
2.3. Kerangka Teori
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dengan materi Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan
minat siswa serta memupuk sikap sosial kerja kelompok.
Adapun langkah-langkah
pembelajaran STAD :
1. Merancang
lembar kerja siswa, lembar jawaban serta lembar kunci jawaban, membentuk
kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Menentukan skor dasar siswa.
2. Guru
menjelaskan materi secara umum.
3. Siswa
belajar dalam kelompok.
4. Masing-masing
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan
meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain.
5. Melakukan
evaluasi secara individu.
6. Pemeriksaan
hasil tes oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang
kemudian di masukkan ke dalam skor kelompok.
7. Menghitung
skor peningkatan individu dan skor kelompok serta pemberian penghargaan kepada
kelompok yang mendapat poin tertinggi.
BAB 3
METODE
PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SDN 6 Bukit Bual, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung.
Tempat ini di pilih karena penulis sendiri staf pengajar di SD tersebut
sehingga memudahkan penulis berinteraksi dengan pihak sekolah.
b. Subjek Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas IV SDN 6 Bukit Bual
yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 15 orang
perempuan.
c. Waktu dan Lama Penelitian
Waktu yang di
butuhkan untuk Penelitian ini selama 6 bulan yaitu dilakukan pada
semester II tahun pelajaran 2009/2010.
3.2. Rancangan Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini berkenaan
dengan perbaikan atau peningkatan
proses pembelajaran pada suatu kelas. Menurut Ritawati (2007:9) “pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang datanya dalam bentuk verbal dan di analisis
tanpa menggunakan teknik statistik”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan
bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan serta
perilaku yang dapat di amati dari sumber informasi.selanjutnya Ritawati (2007 :
9) “pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam
angka dan dianalisis dengan teknik statik”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2007 :11)
“penelitian tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara kolektif
yang melibatkan partisipan dalam suatu situasi sosial untuk mengembangkan
rasionalosasi dan justifikasi dari praktik pendidikan, sebagaimana yang
mereka alami dalam praktik sehari-hari”. Dari pendapat di atas dapat di
simpulkan bahwa penelitian yang di lakukan oleh guru terhadap masalah yang di
temui dalam proses pembelajaran di kelas dengan melibatkan partisipan.
Selanjutnya Suharsimi ( 2008:3 )
menyatakan “penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang dilakukan secara
bersama melihat kondisi kelas untuk mencapai suatu tujuan yang
lebih baik.
b. Alur
Penelitian
Alur penelitian ini menggunakan model yang
dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart, Ritawati (2007 : 46) yaitu model
siklus. Model ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat
komponen yang berupa untaian tersebut di pandang satu siklus. penelitian ini
direncanakan II siklus. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes akhir.
c. Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
1. Perencanaan
Sesuai dengan rumusan masalah
hasil studi pendahuluan, peneliti membuat rancangan pembelajaran sumber daya
alam dengan pendekatan kooperatif tipe STAD yang di perkirakan di
laksanakan II siklus. Kegiatan yang di rencanakan itu sebagai berikut : 1.
Berlatih memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatyif tipe STAD, 2).
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 3). Membuat soal yang akan di
gunakan dalam pembelajaran Sumber Daya Alam,
2. Pelaksanaan
Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus dilaksanakan dalam tiga jam pelajaran sesuai dengan pembelajaran yang
telah di susun. Kegiatan dilakukan oleh peneliti berupa kegiatan interaksi
antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.
3. Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Sumber Daya Alam menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD di lakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Pengamatan di lakukan oleh observer pada waktu peneliti melaksanakan
tindakan pembelajaran.
Pengamatan ini di lakukan secara terus menerus dari siklus I sampai
siklus II. Hasil pengamatan kemudian di diskusikan dengan observer dan diadakan
refleksi untuk siklus berikutnya.
4. Refleksi
Dalam tahap ini observer dan peneliti mengadakan diskusi terhadap
tindakan yang baru di lakukan. Hal-hal yang di diskusikan adalah :
menganalisis tindakan yang baru di lakukan, menjelaskan kelemaham-kelemahan
penyimpangan pelaksanaan pembelajaran yang sudah di rancang, melakukan intervensi,
penyimpulan data yang di peroleh selama proses pembelajaran. Hasil refleksi
sebagai masukan untuk merancang pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Selain
itu hasil kegiatan refleksi setiap tindakan di gunakan untuk menyusun
kesimpulan terhadap hasil tindakan I dan II.
3.3. Data dan Sumber Data
a. Data Penelitian
Data
penelitian ini berupa hasil pengamatan , catatan lapangan dan dokumentasi
dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan dengan
pendekatan kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD yang di teliti. Data
tersebut tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
hasil belajar yang berupa informasi sebagai berikut :
1. Perencanaan
pembelajaran yang berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
sesuai dengan pendekatan kooperatif tipe STAD
2. Pelaksanaan
pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku guru dan siswa, siswa
dengan siswa, dalam pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan.
3. Evaluasi
pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan yang berupa penilaian proses dan
hasil.
4. Hasil
tes siswa baik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran Struktur dan Bagian
Tumbuhan.
b. Sumber Data
Sumber data
adalah proses pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan dengan pendekatan
kooperatif tipe STAD yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran. Data di peroleh dari subjek teliti yakni
siswa kelas IV SDN 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung.
c. Instrumen Penelitian
Instrument
yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari
pencatatan laporan, tes/kuis. Untuk masing-masing nya di uraikan sebagai
berikut.
1. Pencatatan
laporan di gunakan untuk mencatat semua kegiatan selama pembelajaran
berlangsung, baik kegiatan guru sewaktu mengajar, maupun respon siswa sewaktu
belajar dan keaktifan siswa sewaktu belajar kelompok.
2. Kuis
di pakai untuk mengukur hasil belajar siswa serta rancanagn pembelajaran di
gunakan sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam bidang studi IPA tentang Struktur dan Bagian Tumbuhan.
Instrument utama penelitian ini adalah
peneliti sendiri, yang juga berperan sebagai perencana, peneliti sebagai
partisipan dan juga pelaksana. Peneliti sebagai instrument utama menurut Bogdan
(dalam Ritawati, 2007:77 ) “ Peneliti bertugas menyaring, memilih,
menyimpulkan dan memutuskan data yang di gunakan”.
d. Analisis
Data
Menganalisis data bentuknya beragam dan
tidak ada konsensus tentang menganalisis data. Akan tetapi analisis data
merupakan tugas yang besar bagi peneliti kualitatif. Menurut Rochiati (
2007:135 ) analisis yang di lakukan peneliti berupa membuat keputusan
mengenai bagaimana menampilkan data dalam tabel matrik atau bentuk cerita. Dalam analisis data Penelitian tindakan
Kelas yang penulis lakukan ini menampilkan data dalam bentuk cerita.
Data yang di peroleh dalam penelitian di
analisis dengan menggunakan model analisis data kualitatif dan
kuantitatif yakni analisis data di mulai dengan menelaah sejak pengumpulan data
sampai seluruh data terkumpul. Tahap analisis tersebut di mulai dari menelaah
data yang terkumpul, reduksi data meliputi pengkategorian dan
pengklasifikasian. Menyajikan data di lakukan dengan cara mengorganisasikan
informasi yang sudah di reduksi dan menyimpulkan hasil penelitian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan
selama tiga siklus, hasilseluruh pembahasan serta analisis yang tela dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Metode
pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA.
2. Metode
pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus.
3. Metode
pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya
mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan,
ide, dan pertanyaan.
4. Siswa
dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan
tugas individu maupun kelompok.
5. Penerapan
metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4.2. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi siswa,maka disampaikan saran sebagai berikut :
1. Untuk
melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model STADmemerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampumenentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan denganMetode pembelajaran kooperatif model STAD
dalam pross belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebihsering melatih
siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana,
dimana siswa nantiny dapat menemukan pengetahuan baru,memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampumemecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
3. Untuk
penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan
agar diperoleh hasil yang lebih baik
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah Ali.2003.Ilmu
Alamiah Dasar.Jakarta:PT Bumi Aksara
Ahmad Sabri. 2007. Strategi
Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat Press
Ari Widodo, Sri Wuryastuti. Dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Bandung
:Upi Press
BSNP.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Dirjen Pendidikan
Tinggi
E. Mulyasa.2004. Implementasi
kurikulum 2004, panduan Pembelajaran KBK. Bandung : PT. Remaja Rusda Karya.
Etin Solihatiin. 2006. Cooperative
Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Harlina Yeti. 2008. Peningkatan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran Biologi di SMPN 2 Gunung Talang.
Padang : Universitas Negeri Padang
Haryanto.2007. Sains untuk SD Kelas IV.
Jakarta : Erlangga
Heri Sulistyanto, dkk. 2008. Ilmu pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar