Halaman

RINERLIS SITUMORANG

Senin, 02 Juli 2012

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS IV SD


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan.
Namun kenyataannya, aktivitas yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah seperti rendahnya minat siswa belajar kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika  guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, jika ada itu hanya 4-5 orang siswa saja. Dan jika ada kendala siswa tidak berani bertanya. Dan  nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 65. Namun masih terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah standar yaitu ( 25 – 60 ).
Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD N 6 Bukit Bual merupakan masalah yang harus di tanggulangi.  Salah satu model pembelajaran di duga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar lebih aktif mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat .
Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008 : 1) “ Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as their own” yang berarti bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok”.
Banyak model pembelajaran kooperatif yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini di batasi pada model STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Model STAD diadakan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap perbedaan individu dan juga untuk pengembangan sosial.  Menurut slavin (dalam Nurasma, 2008 : 50)
 Model STAD adalah Siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran tipe STAD adalah model pembelajaran kelompok dengan anggota yang heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model STAD ini membantu dan memotivasi semangat siswa untuk berhasil memecahkan suatu masalah secara bersama. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling sederhana, sehingga model pembelajaran tersebut dapat di gunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di tuntut untuk bekerja sama, dengan bekerja sama siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di pelajari. Hal ini di dukung oleh pendapat Nur Asma (2008:3) bahwa “ Siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya”. Selanjutnya Ari (2007:96) berpendapat bahwa “Anak-anak lebih mengerti bahasa anak daripada bahasa yang digunakan oleh orang dewasa”.  Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa belajar berkelompok dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Selain  itu   dengan belajar kelompok akan membawa pengaruh positif terhadap diri siswa, sesuai dengan hasil penelitian Slavin (dalam Nur Asma, 2008:44) bahwa “ Unsur tujuan kelompok dan tanggung jawab individual menunjukkan pengaruh positif yang nyata pada hasil belajar siswa kelas dua sampai kelas duabelas dalam seluruh mata pelajaran dan pada seluruh jenis sekolah “.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan masalah penelitian secara umum adalah : Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung?
Rumusan Masalah penelitian secara khusus adalah :
  1. Bagaimana bentuk rancangan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif  tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung ?
  2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung ?
  3. Bagaimana menilai hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini  adalah untuk Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas secara khusus adalah untuk :
  1. Mendeskripsikan bagaimana bentuk rancangan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif  tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
  2. Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
  3. Mendeskripsikan bagaimana menilai hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD N 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, kabupaten Sijunjung.
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
1.      Bagi guru bermanfaat Sebagai bahan masukan dalam menjalankan proses pembelajaran di sekolah.
2.      Bagi peneliti, bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan dapat membandingkan dengan teori pembelajaran yang lain dan menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran di SD.
3.      Bagi siswa, Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar menggunakan model STAD.
4.      Bagi pembaca, Skripsi ini diharapkan menjadi sumber masukan yang berarti dalam dunia pendidikan.







BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan (IPA) di SD
a. Pengertian IPA
IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan prosesdan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori.
Carin (dalam Yusuf, 2007:1) menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hokum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan.
Pengertian IPA menurut beberapa ahli : menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9) menyatakan IPA adalah “Ilmu yang  sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan induksi”.
Menurut Nash (dalam Usman, 2006:2) IPA adalah “ Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisi ,lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati”.


Nokes (dalam Abdullah, 2003:18) IPA adalah “Pengetahuan teoritis yang di peroleh dengan metode khusus”.
Dari pendapat  diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan .
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.
Menuruit BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

c. Ruang Lingkup IPA
Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP
(2006:485) meliputi aspek-aspek :
1.      Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan,
2.      Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas,
3.      Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana,
4.      Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut  Depdiknas (dalam Maslichah, 2006 :44) adalah “ Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial”. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai berikut :
  1. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
  2. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi.
  3. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.
  4. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan.
  5. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan kekreatifan siswa.
  6. Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
Beberapa prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah prinsip hubungan sosial yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip lainnya.
e. Materi Pembelajaran IPA
1.      Akar
a.       Struktur Akar
Akar terdiri dari beberapa bagian, di antaranya rambut akar (bulu akar) tudung akar. Rambut akar merupakan jalan masuk air dan zat hara dari tanah ke tumbuhan. Tudung akar berfungsi melindungi akar saat menembus tanah.
b.      Jenis –Jenis Akar
Ada 2 jenis akar :
a)      Akar serabut
Akar yang berbentuk serabut. Bagian ujung dan pangkal akar berukuran hampir sama besar. Semua bagian akar keluar dari pangkal batang. Akar serabut juga bercabang-cabang, tetapi ukuran percabangannya tidak terlalu berbeda. Akar serabut dimiliki oleh tumbuhan biji berkeping satu misalnya jagung, padi, tebu.
b)      Akar tunggang
Akar tunggang memiliki akar pokok. Akar pokok bercabang-cabang menjadi bagian akar yang kecil. Perbedaan ukuran antara akar pokok dan akar cabang sangat nyata. Akar tunggang dimiliki oleh tumbuhan berkeping dua misalnya mangga, jeruk, kacang-kacangan.
c.       Kegunaan akar
Akar memiliki kegunaan :
·         Menyerap air dan zat hara.
·         Memperkokoh tumbuhan.
·         Alat pernapasan.
2.      Batang
a.       Jenis batang
Batang tumbuhan dapat di golongkan menjadi 3 jenis :
  • Batang basah, memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya bayam.
  • Batang berkayu, dimiliki oleh tumbuhan batang berkayu. Contohnya pohon jati, jambu, rambutan, namgka, dan mahoni.
  • Batang rumput, tumbuhan batang rumput mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering berongga, misalnya tanaman padi dan rumput-rumputan.
b.      Kegunaan batang
  • Sebagai pengangkut.
  • Penopang.
  • Penyimpanan cadangan makanan.
3.      Daun
a.       Bentuk daun
Bentuk daun berdasarkan tulang daunnya :
  • Tulang daun menyirip, berbentuk seperti susunan sirip-sirip ikan, misalnya avokad, nangka, mangga, rambutan.
  • Tulang daun menjari, berbentuk seperti susunan jari tangan, misalnya daun jarak, kapas, singkong.
  • Tulang daun melengkung, berbentuk seperti garis-garis lengkung, misalnya daun genjer.
  • Tulang daun sejajar, berbentuk seperti garis-garis lurus yang sejajar, misalnya rumput-rumputan.
b.      Kegunaan daun
  • Tempat pemasakan makanan.
  • Alat pernapasan.
  • Tempat terjadinya proses penguapan.
4.      Bunga
Bunga sempurna meiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, putik
Kegunaan dari bunga :
1.      Hiasan tumbuhan
2.      Tempat berlangsungnya perkembangbiakan tumbuhan
2.1.2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang fundamental dalam proses pendidikan yang mana terjadinya proses belajar yang tidak lepas dari proses mengajar. Menurut Iskandar ( 2009 : 98) pembelajaran adalah “ seperangkat kegiatan belajar yang di lakukan siswa (peserta didik)”. Menurut Kunandar ( 2009 : 287 ) “pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi  peserta didik untuk menjadi lebih baik.
Sedangkan pembelajaran menurut Oemar (2003:57) adalah  suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tipe. Fasilitas perlengkapan audio visual juga computer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya
Jadi, pembelajaran adalah suatu kombinasi tersusun yang saling mempengaruhi terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya serta segala macam fasilitas yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.
Selanjutnya menurut Ahmad (2007:31) bahwa “pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang di lakukan oleh siswa untuk pencapaian pelajaran.
Menurut Depdiknas (2003: 2) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar mengajar pada suatu lingkungan belajar sebagai proses belajar yang di bangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Menurut Mulyasa (2004:117 ) “Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah di programkan”.
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.2.1. Pengertian  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas Jhon Hopkin. STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran kooperatif.
Slavin (dalam NurAsma,2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya
Kemudian menurut ARIZT (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan STAD adalah “ Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru”.
Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa STAD adalah Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Menurut Iskandar (2009: 128) tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok.
2.2.2. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan.
Menurut Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com.keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html) keunggulan dari model ini adalah :
1.      Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok,
2.      Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,
3.      Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok,
4.      Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan keunggulan dari model STAD adalah dengan menggunakan model ini akan meningkatkan norma-norma social yang di miliki siswa, membantu siswa dalam memecahkan masalah secara bersama dalam mencapai tujuan pembelajaran, melatih siswa menjadi tutor sebaya serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat.
2.2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe STAD
Menurut Nur Asma (2008:51) Kegiatan  pembelajaran model STAD ini memiliki 6 tahap :
a. Penyajian Kelas
Pada tahap ini di gunakan waktu 20-45 menit untuk penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran guru dapat menjelaskan tujuan pelajaran, memberi motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan siswa. Dalam penyajian materi dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dll. Pada tahap ini guru memulai materi dengan menyampaikan indikator, dilanjutkan dengan apersepsi dan penyajian materi tentang Struktur dan Fungsi bagian Tumbuhan.
b. Kegiatan Belajar Kelompok
Siswa belajar dalam kelompok menyelesaikan LKS yang di berikan tentang Struktur dan Fungsi bagian Tumbuhan.
c. Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain.

d. Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara Individu
Melakukan evaluasi secara individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang di capai.
e. Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes di lakukan oleh guru. Pada tahap ini juga di adakan perhitungan skor perkembangan individu. Perhitungan skor indiviodu di maksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Perhitungan skor individu yang di kemukakan oleh Slavin (dalam Nur Asma, 2008:97) :
Skor kuis
Poin perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
10 sampai 1 poin di bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
5 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
Tabel 1 : table skor perkembangan individu
Tabel di atas dapat di jelaskan sebagai berikut :
1.      Jika siswa memperoleh nilai lebih dari 10 poin di bawah skor dasar, maka siswa tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 5 poin.
2.      Jika siswa memperoleh nilai 10 sampai 1  poin di bawah skor dasar, maka siswa tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 10 poin.
3.      Jika siswa memperoleh nilai skor dasar sam[ai  10 poin di atas  skor dasar, maka siswa tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 20 poin.
4.      Jika siswa memperoleh nilai lebih dari 10 poin di atas  skor dasar, maka siswa tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 30 poin.
5.      Jika siswa melalukan pekerjaan yang sempurna, maka siswa tersebut akan memperoleh poin perkembangan individu 30 poin.
2.3. Kerangka Teori
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dengan materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan minat siswa serta memupuk sikap sosial kerja kelompok.
Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD :
1.      Merancang lembar kerja siswa, lembar jawaban serta lembar kunci jawaban, membentuk kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Menentukan skor dasar siswa.
2.      Guru menjelaskan materi secara umum.
3.      Siswa belajar dalam kelompok.
4.      Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan meminta tanggapan serta masukan dari kelompok lain.
5.      Melakukan evaluasi secara individu.
6.      Pemeriksaan hasil tes oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian di masukkan ke dalam skor kelompok.
7.      Menghitung skor peningkatan individu dan skor kelompok serta pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi.






BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Bukit Bual, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung. Tempat ini di pilih  karena penulis sendiri staf pengajar di SD tersebut sehingga memudahkan penulis berinteraksi dengan pihak sekolah.
b. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas IV SDN  6 Bukit Bual yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
c. Waktu dan Lama Penelitian
Waktu yang di butuhkan untuk Penelitian ini  selama 6 bulan yaitu dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2009/2010.
3.2. Rancangan Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini berkenaan dengan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran pada suatu kelas. Menurut Ritawati (2007:9) “pendekatan kualitatif adalah penelitian yang datanya dalam bentuk verbal dan di analisis tanpa menggunakan teknik statistik”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan  data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan serta perilaku yang dapat di amati dari sumber informasi.selanjutnya Ritawati (2007 : 9) “pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statik”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2007 :11) “penelitian tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara kolektif  yang melibatkan partisipan dalam suatu situasi sosial untuk mengembangkan rasionalosasi dan justifikasi dari praktik pendidikan, sebagaimana  yang mereka alami dalam praktik sehari-hari”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa penelitian yang di lakukan oleh guru terhadap masalah yang di temui dalam proses pembelajaran di kelas dengan melibatkan partisipan.
Selanjutnya Suharsimi ( 2008:3 ) menyatakan “penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang dilakukan secara bersama  melihat kondisi kelas untuk  mencapai suatu tujuan yang lebih baik.
b. Alur Penelitian
Alur penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart, Ritawati (2007 : 46) yaitu model siklus. Model  ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut di pandang satu siklus. penelitian ini direncanakan II  siklus. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes akhir.
c. Prosedur Penelitian
Prosedur  penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk  lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
1. Perencanaan
Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan, peneliti membuat rancangan pembelajaran sumber daya alam dengan pendekatan kooperatif tipe STAD yang di perkirakan di laksanakan II siklus. Kegiatan yang di rencanakan itu sebagai berikut : 1. Berlatih memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatyif tipe STAD, 2). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 3). Membuat soal yang akan di gunakan dalam pembelajaran Sumber Daya Alam,
2. Pelaksanaan
Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga jam pelajaran sesuai dengan pembelajaran yang telah di susun. Kegiatan dilakukan oleh peneliti berupa kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.
3. Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Sumber Daya Alam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di lakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan di lakukan oleh observer pada waktu peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran.
Pengamatan ini di lakukan secara terus menerus dari siklus I sampai siklus II. Hasil pengamatan kemudian di diskusikan dengan observer dan diadakan refleksi untuk siklus berikutnya.
4. Refleksi
Dalam tahap ini observer dan peneliti mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru di lakukan. Hal-hal  yang di diskusikan adalah : menganalisis tindakan yang baru di lakukan, menjelaskan kelemaham-kelemahan penyimpangan pelaksanaan pembelajaran yang sudah di rancang, melakukan intervensi, penyimpulan data yang di peroleh selama proses pembelajaran. Hasil refleksi sebagai masukan untuk merancang pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Selain itu hasil kegiatan refleksi setiap tindakan di gunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap hasil tindakan I dan II.




3.3. Data dan Sumber Data
a. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan , catatan  lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan dengan pendekatan kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD yang di teliti. Data tersebut tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar yang berupa informasi sebagai berikut :
1.      Perencanaan pembelajaran yang berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan kooperatif tipe STAD
2.      Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku guru  dan siswa, siswa dengan siswa, dalam pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan.
3.      Evaluasi pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan yang berupa penilaian proses dan hasil.
4.      Hasil tes siswa baik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan.
b. Sumber Data
Sumber data adalah proses pembelajaran Struktur dan Bagian Tumbuhan dengan pendekatan kooperatif tipe STAD yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran. Data di peroleh dari subjek teliti yakni siswa kelas IV SDN 6 Bukit Bual, kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung.
c. Instrumen Penelitian
Instrument yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari pencatatan laporan, tes/kuis. Untuk masing-masing nya di uraikan sebagai berikut.
1.      Pencatatan laporan di gunakan untuk mencatat semua kegiatan selama pembelajaran berlangsung, baik kegiatan guru sewaktu mengajar, maupun respon siswa sewaktu belajar dan keaktifan siswa sewaktu belajar kelompok.
2.      Kuis di pakai untuk mengukur hasil belajar siswa serta rancanagn pembelajaran di gunakan sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam bidang studi IPA tentang Struktur dan Bagian Tumbuhan.
Instrument utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang juga berperan sebagai perencana, peneliti sebagai partisipan dan juga pelaksana. Peneliti sebagai instrument utama menurut Bogdan (dalam Ritawati, 2007:77 )  “ Peneliti bertugas menyaring, memilih, menyimpulkan dan memutuskan data yang di gunakan”.
d. Analisis Data
Menganalisis data bentuknya beragam dan tidak ada konsensus tentang menganalisis data. Akan tetapi analisis data merupakan tugas yang besar bagi peneliti kualitatif. Menurut Rochiati ( 2007:135 ) analisis yang di lakukan peneliti berupa membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan data dalam tabel matrik atau bentuk cerita. Dalam analisis data Penelitian tindakan Kelas yang penulis lakukan ini menampilkan data dalam bentuk cerita.
Data yang di peroleh dalam penelitian di analisis dengan menggunakan model analisis data kualitatif  dan kuantitatif yakni analisis data di mulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Tahap analisis tersebut di mulai dari menelaah data yang terkumpul, reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Menyajikan data di lakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang sudah di reduksi dan menyimpulkan hasil penelitian.







BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasilseluruh pembahasan serta analisis yang tela dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
2.      Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus.
3.      Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan.
4.      Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok.
5.      Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4.2. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,maka disampaikan saran sebagai berikut :
1.      Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model STADmemerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampumenentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan denganMetode pembelajaran kooperatif model STAD dalam pross belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.
2.      Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebihsering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantiny dapat menemukan pengetahuan baru,memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampumemecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
3.      Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Ali.2003.Ilmu Alamiah Dasar.Jakarta:PT Bumi Aksara
Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat Press
Ari Widodo, Sri Wuryastuti. Dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Bandung :Upi Press
BSNP.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi
E. Mulyasa.2004. Implementasi kurikulum 2004, panduan Pembelajaran KBK. Bandung : PT. Remaja Rusda Karya.
Etin Solihatiin. 2006. Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Harlina Yeti. 2008. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran Biologi di SMPN 2 Gunung Talang. Padang : Universitas Negeri Padang
Haryanto.2007. Sains untuk SD Kelas IV. Jakarta : Erlangga
Heri Sulistyanto, dkk. 2008. Ilmu pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat

PERANAN KEMAJUAN TEKNOLOGI MEDIA PENDIDIKAN UNTUK MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi,  sosial, budaya, dan pendidikan.
Untungnya sejak awal mula pendidikan senantiasa bersikap terbuka terhadap penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. Hal inimempunyai maksud bahwa sistem pendidikan yang tidak mau dan kurang bisa menyelaraskan diri dengan kemajuan teknologi tersebut, maka sistem pendidikan tentu akan ketinggalan zaman. Sistem pendidikan tentu tidak lagi relevan dengan kemajuan yang telah diperoleh dunia. Upaya peningkatan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaipendidik. Salah satu upaya untuk peningkatan proses pembelajaran adalah penggunaan media secara efektif mempertinggi kualitas yang akhirnya dapatmeningkatkan kualitas hasil belajar
Teknologi sebenarnya sudah ada sejak nenek moyang kita dahulu. Teknologi merupakan alat bantu untuk mempermudah kehidupan manusia. Nenek moyang menggunakan teknologi seperti pisau dari batu untuk berburu, bercocok tanam dan lain lain. Dewasa ini, teknologi berkembang sangat pesat. Teknologi yang pada zaman nenek moyang seperti barang rongsokan kini menjadi barang canggih yang mampu membantu kehidupan manusia. Teknologi dalam pendidikan yaitu dapat berupa media pendidikan. Media digunakan agar pembelajaran dapat efektif dan menyenangkan. Proses belajar akan lebih baik lagi apabila mengetahui memahami mengenai Teknologi, Media, dan Pembelajaran. Akan tetapi apakah teknologi sudah digunakan secara optimal di pendidikan? Selain itu apakah teknologi pendidikan terutama media pendidikan sudah dapat menunjang pembelajaran? Padahal dengan adanya pembelajaran, media pembelajaran dan proses belajar mengajar, Sumber Daya Manusia akan menjadi sangat baik dan teknologi akan semakin maju. Pembelajaran akan sangat baik apabila menggunakan media pembelajaran yang baik pula. Media merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
Solusi yang dapat diberikan dari uraian singkat di atas yaitu dengan memaksimalkan peran teknologi dan media pendidikan. Teknologi dan media pendidikan  merupakan salah satu penunjang yang memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam proses pembelajaran. Tetapi ironisnya sampai sekarang teknologi dan media pendidikan belum banyak diterapkan seperti di SD. Padahal dengan adanya teknologi dan media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat berprestasi di sekolah.

1.2.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peran kemajuan teknologi dalam motivasi belajar siswa sekolah dasar?

1.3.    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui peran kemajuan teknologi dalam  motivasi belajar siswa sekolah dasar.



















BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Teknologi

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Menurut kamus computer dan teknolgi informasi, definisi teknologi adalah penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang (http://www.total.or.id). Sedangkan menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah.
Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan (http://ajidedim.wordpress.com).
Teknologi informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market place baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. Disadari betul bahwa perkembangan teknologi yang disebut internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat, yaitu; interaksi bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah memberikan kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan / industri maupun pemerintah. Hadirnya Internet telah menunjang efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga lainya (http://www.goechi.com).
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani.
Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran (http://www.informatika.lipi.go.id/).
Pada saat ini perkembangan teknologi informasi (internet) telah merambah berbagai bidang denngan fasilitas elektronika-nya yaitu, e-life, e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversity, dan masih banyak yang lainnya.
Teknologi internet semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, kecil, murah, mudah, efektif dan efisien. Proses berkomunikasi pun memiliki ciri dan sifat yang seperti itu, khususnya efektif. Proses mengirimkan pesan dari Indonesia ke Kanada tidak usah menunggu hingga berminggu-minggu berkat e-mail (http://dictum4magz.wordpress.com/).
Dengan internet informasi yang diperlukan dapat diperoleh dengan sangat cepat, begitu pula kita dapat mengirimkan berikta dapat dilakukan dengan cepat, saat ini dikirim saat itu pula berita diterima. Bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia bisnis, pengiklanan produk dapat dilakukan dengan cepat dan efisien serta dapat dilihat oleh orang sedunia.



2.2. Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan ( Assosiation of education and communication Technology / AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.
   Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assosiation/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batsan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.


2.3.Posisi, Klasifikasi dan Karakteristik Media Pendidikan

v     Posisi
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan evaluasinya
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu, memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang dihadapi pebelajar.



v     Klasifikasi
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
Ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.


Sebenarnya belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

v     Karakteristik
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah:
a.       Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek;
b.      Ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut;
c.       ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan pengelompokan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam uraian selanjutnya.

a.       Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
b.      Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
c.       Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai dengan kebutuhan.
d.      Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.








2.4.Motivasi Belajar
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Oemar Hamalik mengatakan bahwa, suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu, selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow (1943, 1970) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, pengetahuan dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

2.5. Prinsip-prinsip Motivasi belajar
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni sudut pandang yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi instrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik.

a.    Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi instrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Sesorang yang memiliki motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi instrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar aribut dan seremonial.
b.    Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motih-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.
Motivasi ekstrinsik diperlukan untuk agar anak mau belajar. Berbagai macam dapat dilakukan agar anak dapat ternotivasi dalam belajar. Salah satunya peran guru dalam proses pembelajaran. Guru dapat memberikan pengakuan, hadiah, pujian dan lain-lain sebagai dorongan agar siswa mau giat belajar.

c.    Fungsi Motivasi dalam Belajar
a.        Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b.   Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
c.    Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Yaitu dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.



2.6. Fungsi Teknologi Media Pendidikan dalam Pembelajaran
Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
    Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.



2.7. Manfaat Teknologi Media Pendidikan dalam pembelajaran
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985;3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, menerimanya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mngemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran dikelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:

  1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
  2. Pembelajaran bisa lebih menarik
  3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan dengan diterapkannya teori belajar dengan prinsip – prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan
  4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan – pesan dan isi pelajaran dalam jumlah dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi :
1.      Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas
2.      Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa
3.      Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa
4.      Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa
5.      Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa
6.      Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatkan hasil belajar
7.      Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari
8.      Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan
9.      Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat
10.  Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a.       Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
c.       Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran
d.      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1.      Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2.      Memperbesar perhatian siswa.
3.      Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
4.      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
6.      Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7.      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan mdia pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a.       Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b.      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
d.      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan- kunjungan ke museum atau kebun binatang.

2.8. Peran Teknologi Media pendidikan terhadap Motivasi Belajar Siswa SD

Kenyataannya, peranan media pembelajaran di sekolah dasar kurang begitu diperhatikan oleh pendidik. Peserta didik yang seharusnya dapat mengoptimalkan pembelajaran dengan baik, namun tidak didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang relevan cenderung menjadikan siswa sebagai peserta didik menjadi verbalistik (hanya sebatas teori tanpa didukung dengan data yang konkrit). Sebagai contoh, siswa mempelajari jenis alat transportasi darat berupa delman, di Jakarta sebagaimana di tempat penulis bertugas, tidak semua siswa di sekolah dasar mengenal, mengetahui, dan memahami delman sebagaimana kenyataannya karena tidak semua siswa pernah menjumpai kereta beroda dua ini. Oleh sebab itu penggunaan media untuk menghilangkan kesan verbalistik ini sangat penting peranannya.
Penggunaan media pembelajaran pada tiap satuan pendidikan saat ini sangat dianjurkan bahkan diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses pembelajaran khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Media ini tentunya tidak hanya atas dasar ada saja, tetapi kesesuaian dan ketepatan penggunaan dalam proses penyampaian pesan pembelajaran yang akan diberikan.
Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini akan terus terjadi selama guru menganggap dirinya merupakan satu-satunya sumber dalam proses pembelajaran. Jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru dan media pembelajaran akan memotivasi atau mendorong siswa untuk tertarik terhadap mata pelajaran sehingga proses belajar berlangsung secara optimal.
Proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. 






















BAB 3

PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Pembelajaran akan sangat baik apabila menggunakan media pembelajaran yang baik pula. Media merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Dengan adanya pembelajaran, pemilihan media pembelajaran yang tepat dan proses belajar mengajar yang baik akan meningkatkan motivasi belajar anak SD untuk belajar sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang optimal. Selain itu Sumber Daya Manusia akan menjadi sangat baik dan teknologi akan semakin maju.
 
3.2.    Saran
Pemanfaatan media pembelajaran sangat penting bagi motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Maka diperlukan dukungan semua pihak diantaranya: wali murid,  sekolah, lingkungan masyarakat, dalam pengadaan media pembelajaran baik. Untuk itu sebaiknya dalam proses pembelajaran memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan  proses belajar mengajar, guru mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan baik dan tepat, dan guuru hendaknya bersama-sama ikut berpartisipasi guna membantu kelancaran dalam pembelajaran













DAFTAR PUSTAKA



http://www.total.or.id/info.php?kk=teknologi
http://ajidedim.wordpress.com/teknologi-islami/technology/
http://www.informatika.lipi.go.id/perkembangan-teknologi-informasi-di-indonesia/
http://www.goechi.com/newsletter.html
Arya. 2011.
Fungsi Motivasi dalam Proses Belajar. http://belajarpsikologi.com/fungsi-motivasi-dalam-proses-belajar/ [online] diakses 26 desember 2011.
Bahri, Syaiful Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Raharjito, dkk. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Siregar, Eveline, dan Dewi Salma S. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.