Halaman

RINERLIS SITUMORANG

Senin, 28 Juni 2010

HALAK BATAK MARLAWAK

Humor Batak

Category: Humor Batak

Found 40 data under category Humor Batak:
Page: 1

Batak, Jawa, Arab ,dan Amerika

Category: Humor Batak

Seorang lelaki Batak sedang mengadakan perjalanan dari Jakarta ke Hawaii dengan menumpang pesawat terbang ...

Beberapa lelaki lain duduk sejajar dengannya, yaitu lelaki Jawa asli, Arab dan Amerika.

Pada jam makan siang, Pramugari menghidangkan makanan pada semua penumpang. Setelah selesai makan lelaki Batak ini memperhatikan lelaki lain yang duduk sejajar dengannya.

Pertama sekali dia lihat si orang Amerika mengeluarkan selembar uang 100 dollar Amerika, membersihkan mulut dan tangannya dengan uang itu... kemudian dibuang...
Si orang Batak terkejut... "Bahh... kok kau buang uang 100 dollar mu itu???"

Dengan tenangnya si Amerika menjawab (setelah diterjemahkan..) "Ah, tenang saja Amerika kan kaya, masih banyak dollar!!"

Seterusnya dia lihat si orang Arab, selesai makan mengeluarkan sebotol minyak wangi yang (pasti) mahal... menyemprotkannya ke tangan dan dada...dan dibuang...
Si orang Batak terkejut lagi...

"Bahh... kok kau buang minyak wangi mu itu? Kan masih banyak isinya??"
Dengan tenang si Arab menjawab (juga setelah diterjemahkan..)

"Ah, tenang saja, kan Arab kaya, masih banyak minyak di sana!"...

Busyet, si orang Batak terkejut setengah mati. Akhirnya dia ambil lelaki Jawa disebelahnya dia lempar keluar pesawat. Kali ini lelaki Amerika dan
Arab yang terkejut...
"Kenapa kamu lempar dia??"

Dengan tenang si orang Batak menjawab,
"Ah, tenang sazza lah, Indonesia kaya, masih banyak orang Zawa di sana..."

Anjing dan Taik
Konon kabarnya, T.D. Pardede–konglomerat Sumatera Utara di tahun 60-an itu–pernah marah besar kepada seorang pemain bolanya karena membuat blunder dan menyebabkan Pardedetex–kesebelasan kebanggaannya itu–kalah.
“Anjing kau,” katanya, lalu mengumbar berbagai kekesalan hatinya kepada si pemain.
Seorang pembantu “Pak Ketua” terkejut mendengar ucapan itu dan berkata, “Pak, janganlah sekasar itu. Janganlah sebut dia anjing..”
T.D. Pardede balik melotot kepada pembantunya dan berkata, “Sudah bagus dia kubilang anjing. Kalau kubilang taik? Dimakan anjinglah dia…”
Dunhil
Seorang pemuda Batak, dengan penuh percaya diri, mendongakkan kepala dari jendela mobilnya, hendak membeli sebungkus rokok “Dunhill” dari pedagang di pinggir jalan.
“Hei, tolong dulu kasi sebungkus ‘dunhil’…” katanya dengan mantapnya.
“Mas,” kata si pedagang rokok mengoreksi. “Bilangnya bukan ‘dunhil’, tapi ‘danhil’…”
Si pemuda Batak melotot lalu berkata, “Hah, sudah bagus kubilang ‘dunhil’. Kalau kubilang ‘hildun’; mau apa kau?!”
Orang Medan yang Edan
Seorang supir truk berpelat nomor BB berhenti di depan gerobak penjaja minuman, di sebuah pasar di Solo.
“Kasih dulu cendolnya, Embak..”
“Mboten enten, Mas,” jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.
“Hah, nggak pakek santen pun tak ‘papalah…” kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.
“Sampun telas, Maaas,” jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.
“Hah, nggak pakek gelas pun tak ‘papalah…”
“Dasar wong edan,” gerutu si pedagang sambil kebingungan.
“Heh?! Koq tau pulak kau kalau aku orang Medan?!”
Kesusu
Tersebutlah cerita, si supir truk berpelat nomor BB itu berkenalan dengan seorang gadis Solo, tetangga si pedagang cendol. Hari pertama berkenalan, si supir sudah memberanikan diri mengajak si gadis kencan mengunjungi pasar malam.
Sementara berjalan berdekatan, si supir–yang sudah mabuk kepayang– langsung saja menaruh tangannya di pinggang si gadis.
“Ojo kesusu lho, Mas?!” kata si gadis dengan tersipu-sipu malu dan wajah merah padam.
“Akh,” kata si supir, “Pinggangnya yang kupegang….susu kata kau…”
Tak Enak Badan
Walau pun pengetahuan Bahasa Inggerisnya sangat pas-pasan, tapi Purnama gadis Batak yang hitam manis itu nekad juga menjalin
hubungan dengan George Wallace, turis “backpacker” asal Australia yang ramai datang ke Parapat itu.
Dari sekedar pandang-pandangan dari jauh, hubungan mereka berlanjut ke taraf jalan-jalan berduaan.
Suatu hari si turis Australia mengajak Purnama untuk menonton filem di bioskop. Tapi sayang, kebetulan hari itu gadis tersebut
sedang “tak enak badan” karena flu. Ia tidak tahu apa kata Bahasa Inggeris yang paling tepat untuk “tak enak badan”. Tapi dasar nekad, ia beranikan juga menolak ajakan itu dalam Bahasa Inggeris yang “mantap’: “Oh, not today, dear. Today my body is not so
delicious….”
Come to You…Come to Me
Tersebutlah cerita, akhirnya Purnama jadi juga dipersunting oleh George Wallace dan diboyong ke Melbourne.
Sebagai perempuan Batak yang tegar dan penuh semangat, ada-ada saja hal di rumah yang dikerjakannya. Suatu hari, ada pagar yang rusak dan ia membutuhkan gergaji untuk memperbaikinya. Ia tidak tahu apa kata Bahasa Inggeris untuk gergaji. Namun diberanikannya juga dirinya pergi ke “hardware store” dan berkata kepada si penjaga toko: “Mister, do you have….come to you…come to me….come to you….come to me….” sambil memperagakan kedua tangannya dalam gerakan menggergaji

 HUMOR DAERAH SUMATERA
Tidak bermaksud untuk menghina satu suku tertentu...!!just jokes..Horas bah... nggak ada beras makan gabah...nggak ada gabah makan sampah....

Pada jaman dahulu kala, hiduplah serorang pendekar wanita, Butet namanya. Sebelum lulus dari Pandapotan silat, ia harus menempuh ujian Nasution. Agar bisa berkonsentrasi, dia memutuskan untuk menyepi ke gunung dan berlatih.

Saat di perjalanan, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu setempat.

Beberapa pemuda tanggung yang lagi nonton sabung ayam sambil Toruan, langsung Hutasoit-soit melihat Butet yang seksi dan Hotma itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan Sitorus memasuki rumah makan tanpa menanggapi, meskipun sebagai perempuan yang ramah tapi ia tak gampang Hutagaol dengan sembarang orang.

Naibaho ikan gurame yang dibakar Sitanggang dengan Batubara membutanya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan Nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan ke sana berbukit-bukit. Kadang Nainggolan, kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak Pohan, kebanyakan Pohan Tanjung. Beberapa diantaranya ada yang Simatupang diterjang badai semalam.

Begitu sampai di atas gunung, Butet berujar "Wow, Siregar sekali hawanya"
katanya, berbeda dengan kampungnya yang Pangabean. Hembusan Perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan, sambil diiringi Riama musik dari mulutnya. Sejauh Simarmata memandang warna hijau semuanya.
Tidak ada tanah yang Girsang, semuanya Singarimbun. Tampak di seberang, lautan ikan Lumban-lumban. Terbawa suasana, mulanya Butet ingin berenang. Tetapi yang diketemukannya hanyalah bekas kolam Siringo-ringo yang akan di Hutahuruk dengan Tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir hutan saja, yang suasananya asri, meskipun nggak ada Tiurma memlambai kayak di pantai.

Sedang asik-asiknya memnikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh ular yang sangat besar. "Sinaga!" teriaknya ketakutan sambil lari Sitanggang-langgang. Celakanya, dia malah terpeleset dari Tobing sehingga bibirnya Sihombing. Karuan Butet menangis Marpaung-paung lantaran kesakitan. Tetapi dia lantas ingat, bahwa sebagai pendekar pantang untuk menangis. Dia harus Togar. Maka, dengan menguat-nguatkan diri, dia pergi ke tabib setempat untuk melakukan pengobatan.

Tabib tergopohg-gopoh Simangunsong di pintu untuk menolongnya. Tabib bilang, bibirnya harus di-Panjaitan.

"Hm, biayanya Pangaribuan" kata sang tabib setelah memeriksa sejenak.

"itu terlalu mahal. Bagaimana kalau Napitupulu saja?" tawar si Butet.
"Napitupulu terlalu murah. Pandapotan saya kan kecil".
"Jangan begitulah. Masa' tidak Siahaan melihat bibir saya Sihombing begini? Apa saya mesti Sihotang, bayar belakangan? Nggak mau kan?" "Baiklah, tapi pakai jarum Sitompul saja" sahut sang mantri agak kesel. "Cepatlah! Aku sudah hampir Munthe. Saragih sedikit nggak apa-apalah".

Malamnya, ketika sedang asik-asiknya berlatih sambil makan kue Lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan Rajagukguk. Dia Bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara disemak-semak tiba-tiba berbunyi "Poltak!" keras sekali.

"Ada Sitomorang?" tanya Butet sambil memegang tongkat seperti stik Gultom erat-erat untuk menghadapi Sagala kemungkinan

Terdengar suara pelan, "Situmeang". "Sialan, cuma kucing." desahnya lega. Padahal dia sudah sempat berpikir yang Silaen-laen. Selesai berlatih, Butet pun istirahat. Terkenang dia akan kisah orang tentang Hutabarat di bawah Tobing pada jaman dulu dimana ada Simamora, gajah Purba yang berbulu lebat. Keesok harinya, Butet kembali ke Pandapotan silatnya. Di depan ruangan ujian dia membaca tulisan: "Harahap tenang! Ada ujian.

"Wah telat, emang udah jam Silaban sih". Maka Siboru-boru dia masuk ke ruangan sambil bernyanyi-nyanyi. Di-Tigor-lah dia sama gurunya "Butet, kau jangan ribut!, bikin kacau konsentrasi temanmu!"

Butet, tanpa Malau-malau langsung Sijabat tangan gurunya, "Nggak Pakpahan guru, sekali-sekali?!"

Akhirnya, luluslah Butet dan menjadi orang yang disegani karena mengikuti wejengan guru Pandapotan silatnya untuk selalu,
"Simanjuntak gentar, Sinambela yang benar!" 

RAHASIA ORANG BATAK

Menyinggung tentang penamaan “Batak”, apakah penyebutan nama itu adalah asli dari orang Batak atau justru penamaan dari luar?
Hingga kini nama tersebut belum ditemukan dari mana asal usulnya.
Bahkan naskah-naskah yang sudah dipelajari di perpustakaan Koninklijk Instituut Voor Taal Land en Volkenkude (KITLV) di Leiden yaitu salah satu lembaga terkemuka di dunia yang memiliki koleksi tentang Indonesia, belum ditemukan dari mana asal-usul kata Batak itu.
Dr. Clara Brakel adalah peneliti sastra dan kebudayaan Sumatera Utara yang telah melakukan penelitian sejak tahun 1970-an bersama suaminya, Prof. Lode F. Brakel (alm).
Clara menyampaikan bahwa tujuan Dr. H.N. van der Tuuk (1824-1894) mengumpulkan naskah Batak adalah untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Batak, membuat Kamus Batak (Nederduitsch Woordenboek), mengumpulkan bahan mengenai kebudayaan Batak, dan membuat tata bahasa Batak Toba.
Naskah Batak pada umumnya ditulis pada kulit kayu, bambu, dan tulang (biasanya tulang rusuk dan bahu kerbau). Naskah yang terbuat dari kertas adalah naskah yang paling baru karena orang Batak baru mengenal bahan kertas pada abad ke-19 setelah kedatangan van der Tuuk.
Pada awalnya sebelum prakolonial masyarakat Batak Toba digambarkan sebagai masyarakat tanpa negara (stateless society), diatur secara terpisah-pisah (segmentarily) dan memiliki sebuah sistem sosial yang relatif egaliter (kelompok yang sifatnya mementingkan keadilan/pemerataan)
Sistem sosial politik orang Batak Toba pada saat itu memiliki institusi-institusi politik dalam bius atau organisasi-organisasi teritorial mandiri, yakni semacam pemimpin sekuler.
Sistem politik orang Batak Toba telah mengalami perubahan setidaknya dalam empat kali fase perubahan yang semuanya telah merubah tradisi berpolitik itu.
buku 
batak
Naskah Batak merupakan bukti kemajuan tradisi tulis Batak selama berabad-abad. Naskah itu perlu diterjemahkan untuk melestarikan hasil kebudayaan bangsa masa lalu, juga sebagai usaha pencarian nilai-nilai budaya bangsa yang ada di dalamnya. Nilai-nilai budaya bangsa yang didapat dari naskah lama melalui penerjemahan tidak hanya untuk disimpan di perpustakaan atau museum, tetapi juga harus diketahui oleh masyarakat umum yang lebih luas. Salah satu caranya adalah dengan menghidupkan kembali tradisi yang positif dengan mempublikasikan naskah tersebut dan menampilkannya dalam seni pertunjukan atau dalam bentuk lainnya. Melalui cara itu akar budaya bangsa yang hidup berabad-abad lalu dapat digali lagi sehingga kebudayaan nasional yang dibangun benar-benar berasal dari hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia.

PENDIDIKAN

 PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Daftar isi

[sembunyikan]

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Pendidikan di Indonesia

Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.

Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).

Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).

Tingkatan pendidikan di Indonesia

Usia Kelas Lembaga pendidikan
3 KB Taman Kanak-kanak
4 A
5 B
6 1 Sekolah dasar
7 2
8 3
9 4
10 5
11 6
12 7 Sekolah menengah pertama
13 8
14 9
15 10 Sekolah menengah atas/Sekolah kejuruan
16 11
17 12
18
Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah tinggi/Universitas
19
20
21

Lihat pula

Pranala luar


Wiktionary-logo-en.png Definisi kamus
Wikibooks-logo.svg Buku teks
Wikiquote-logo.svg Kutipan
Wikisource-logo.svg Teks sumber
Commons-logo.svg Gambar dan media
Wikinews-logo.svg Berita
Wikiversity-logo-Snorky.svg Sumber pelajaran

Jumat, 18 Juni 2010

cerita rakyat

Bapak yang Bijaksana

Alkisah seorang Bapak mempunyai sebidang tanah yang ingin ia wariskan kepada kedua anak lelakinya. Tetapi kedua anak itu masing-masing menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang lain.
Untuk membuat mereka berdua senang, Bapak itu berkata kepada mereka:
Salah seorang dari kamu akan membagi tanah ini menjadi dua bagian, yang lain mempunyai hak untuk memilih yang pertama.

Maka diundilah siapa yang berhak membagi tanah tersebut dan yang berhak untuk memilih pertama. Anak yang ditunjuk untuk membagi tanah berusaha dengan sebaik mungkin untuk membagi tanah itu menjadi dua bagian yang sama besar, karena ia tidak mau menjadi pihak yang dirugikan. Sehingga bagaimanapun pilihan anak yang satu lagi, bagiannya tidak akan lebih besar daripada milik saudaranya. Ia berusaha membagi dua tanah tersebut sehingga ia merasa puas dan yakin keduanya sama besar. Akhirnya kedua anak lelaki itu puas dan begitu pula ayah mereka.

Luar biasa ide Bapak tersebut. Sungguh baik pula bila kita dapat menerapkan prisnip adil seperti ini dalam kehidupan dan konteks permasalahan yang kita hadapi.

Pernahkah terpikirkan oleh kita
“Akankah suatu saat nanti saya menjadi seorang Bapakyang baik, yang adil?”
“Akankah saya menjadi seorang Bapak yang patut dipanut dan dicontoh?”
“Akankah saya bisa membahagiakan keluarga saya kelak?”

Bagaimana dengan kita? Bisakah kita menjadi kaum Bapak Batak yang Bijaksana bagi keluarga kita?

2 Komentar - komentar


Tulis sebuah Komentar

Ruas dengan tanda * harus diisi.
*
*